perkembangan penduduk indonesia
MAKALAH
PERKEMBANGAN PENDUDUK
INDONESIA
1) Latar
Belakang
Penduduk adalah
warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia.
Jadi, apakah kependudukan itu? Kependudukan adalah hal ihwal yang berkaitan
dengan jumlah, struktur, umur, jenis kelamin, agama, kelahiran, perkawinan,
kehamilan, kematian, persebaran, mobilitas dan kualitas serta ketahanannya yang
menyangkut politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
Pengelolaan
kependudukan dan pembangunan keluarga adalah upaya terencana untuk mengarahkan
perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga untuk mewujudkan penduduk
tumbuh seimbang dan mengembangkan kualitas penduduk pada seluruh dimensi
penduduk. Perkembangan kependudukan adalah kondisi yang berhubungan dengan perubahan
keadaan kependudukan yang dapat berpengaruh dan dipengaruhi oleh keberhasilan
pembangunan berkelanjutan.
Kualitas penduduk
adalah kondisi penduduk dalam aspek fisik dan nonfisik yang meliputi derajat
kesehatan, pendidikan, pekerjaan, produktivitas, tingkat sosial, ketahanan,
kemandirian, kecerdasan, sebagai ukuran dasar untuk mengembangkan kemampuan dan
menikmati kehidupan sebagai manusia yang bertaqwa, berbudaya, berkepribadian,
berkebangsaan dan hidup layak.
2) Maksud
dan Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar
kita dapat memahami bagaimana perkembangan pertumbuhan penduduk di Indonesia
saat ini serta dampak dari pertumbuhan penduduk itu terhadap berbagai bidang.
3) Ruang
Lingkup
Adapun ruang lingkup masalah yang akan dibahas
pada makalah kali ini sebagai berikut:
a. Landasan
Perkembangan Penduduk Indonesia
b. Pertambahan Penduduk
dan Lingkungan Pemukiman
c. Pertumbuhan Penduduk
dan Tingkat Pendidikan
d. Petumbuhan Penduduk dan
Penyakit yang Berkaitan dengan Lingkungan Hidup
e. Pertumbuhan Penduduk
dan Kelaparan
f. Kemiskinan dan
Keterbelakangan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Landasan Perkembangan Penduduk Indonesia
Penduduk adalah orang atau orang-orang yang mendiami suatu tempat
(kampung, negara, dan pulau) yang tercatat sesuai dengan persyaratan dan
ketentuan yang berlaku di tempat tersebut. Berdasarkan tempat lahir dan lama
tinggal penduduk suatu daerah dapat dibedakan menjadi empat golongan, yaitu
penduduk asli, penduduk pendatang, penduduk sementara, dan tamu. Penduduk asli
adalah orang yang menetap sejak lahir. Penduduk pendatang adalah orang yang
menetap, tetapi lahir dan berasal dari tempat lain. Penduduk sementara adalah
orang yang menetap sementara waktu dan kemungkinan akan pindah ke tempat lain
karena alasan pekerjaan, sekolah, atau alasan lain. Adapun tamu adalah orang
yang berkunjung ke tempat tinggal yang baru dalam rentang waktu beberapa hari
dan akan kembali ke tempat asalnya.
Yang mendasari perkembangan penduduk di Indonesia adalah banyaknya
masyarakat yang menikahkan anaknya yang masih muda. Dan gagalnya program
keluarga berencana yang di usung oleh pemerintah untuk menekan jumlah penduduk.
Karena factor – factor tersebut tidak berjalan dengan semestinya, maka penduduk
Indonesia tidak terkendali dalam perkembangannya. Seharusnya dengan dua orang
anak cukup, maka ini lebih dari dua orang dalam setiap suami istri. Karena
perkembangan penduduk yang sangat tidak terkendali, maka banyak terjadinya
kemiskinan, pengangguran, kriminalitas, gelandangan, anak jalanan, dan sebagainya.
Dan masalah permukiman yang tidak efisien lagi. Banyaknya rumah yang
lingkungannya kumuh dapat menyebabkan berbagai macam penyakit. Oleh sebab itu,
50% penduduk Indonesia hidup dalam kemiskinan dan keterbelakangan pendidikan.
2.2 Pertambahan Penduduk Dan
Lingkungan Pemukiman
Penataan ruang tidak lagi semata menjembatani kepentingan ekonomi dan
sosial. Lebih jauh dari kedua hal itu (ekonomi dan sosial), penataan ruang
telah berubah orientasinya pada aspek yang benar-benar berpihak untuk
kepentingan lingkungan hidup, sebagai konsekuensi keikut-sertaan Indonesia pada
upaya menekan pemanasan global. Dalam UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang, telah ditegaskan mengenai tujuan penyelenggaraan penataan ruang yaitu
mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan
berkelanjutan, serta menciptakan keharmonisan antara lingkungan alam dan
lingkungan buatan.
Keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan
dengan memperhatikan sumber daya manusia; serta perlindungan fungsi ruang dan
pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.
Penataan ruang yang berpihak pada lingkungan hidup perlu ditegakkan
bersama karena sebelumnya, logika penataan ruang yang hanya mengikuti selera
pasar, dalam kenyataan telah mengancam keberlanjutan. Hal ini dapat dicermati
dari keberadaan lahan-lahan produktif dan kawasan buffer zone berada dalam
ancaman akibat konversi lahan secara besar-besaran untuk kepentingan penyediaan
lahan yang mempunyai land rent tinggi seperti peruntukan lahan untuk
permukiman, industri, perdagangan serta pusat-pusat perbelanjaan. Diperkirakan
sekitar 15 ribu – 20 ribu ha per tahun lahan pertanian beririgasi beralih
fungsi menjadi lahan non pertanian, serta tidak sedikit kawasan Daerah Aliran
Sungai (DAS) terdegradasi. Berdasarkan data (Bappenas, 2002) terdapat sekitar
62
Daerah Aliran Sungai (dari 470 Daerah Aliran Sungai) terdegradas akibat
dari penebangan hutan yang tidak terkendali dari hulu sungai. Tekanan lingkungan
lainnya adalah menyangkut laju urbanisasi yang akan tumbuh sekitar 4,4 persen
per tahun. Oleh karena itu diperkirakan, pada tahun 2025 nanti terdapat sekitar
60 persen penduduk Indonesia (167 juta orang) berada di perkotaan. Bila
penataan ruang tidak mengikuti logika pembangunan keberlanjutan, maka dapat
dipastikan bahwa kota-kota besar yang telah berkembang saat ini akan selalu
berada tekanan social yang sangat tinggi. Dilihat dari perspektif ekologis
bahwa pertumbuhan penduduk yang cepat dapat berdampak kepada meningkatnya
kepadatan penduduk, sehingga menyebabkan ketidakseimbangan mutu lingkungan
secara menyeluruh. Menurut Soemarwoto (1991:230-250) bahwa secara rinci dampak
kepadatan penduduk sebagai akibat laju pertumbuhan penduduk yang cepat terhadap
kelestarian lingkungan adalah sebagai berikut:
(1) Meningkatnya limbah rumah tangga sering disebut dengan
limbah domestik. Dengan naiknya kepadatan penduduk berarti jumlah orang
persatuan luas bertambah. Karena itu jumlah produksi limbah persatuan luas juga
bertambah. Dapat juga dikatakan di daerah dengan kepadatan penduduk yang
tinggi, terjadi konsentrasi produksi limbah.
(2) Pertumbuhan penduduk yang terjadi bersamaan dengan
pertumbuhan ekonomi dan teknologi yang melahirkan industri dan sistem transport
modern. Industri dan transport menghasilkan berturut-turut limbah industri dan
limbah transport. Di daerah industri juga terdapat kepadatan penduduk yang
tinggi dan transport yang ramai. Di daerah ini terdapat produksi limbah
domsetik, limbah industri dan limbah transport.
(3) Akibat pertambahan penduduk juga mengakibatkan
peningkatan kebutuhan pangan. Kenaikan kebutuhan pangan dapat dipenuhi dengan
intensifikasi lahan pertanian, antara lain dengan mengunakan pupuk pestisida,
yang notebene merupakan sumber pencemaran. Untuk masyarakat pedesaan yang
menggantungkan hidupnya pada lahan pertanian, maka seiring dengan pertambahan
penduduk, kebutuhan akan lahan pertanian juga akan meningkat. Sehingga
ekploitasi hutan untuk membuka lahan pertanian baru banyak dilakukan. Akibatnya
daya dukung lingkungan menjadi menurun. Bagi mereka para peladang berpindah,
dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk yang sedemikian cepat, berarti
menyebabkan tekanan penduduk terhadap lahan juga meningkat. Akibatnya proses
pemulihan lahan mengalami percepatan. Yang tadinya memakan waktu 25 tahun,
tetapi dengan semakin meningkatnya tekanan penduduk terhadap lahan maka bisa
berkurang menjadi 5 tahun. Saat dimana lahan yang baru ditinggalkan belum pulih
kesuburannya.
(4) Makin besar jumlah penduduk, makin besar kebutuhan akan
sumber daya. Untuk penduduk agraris, meningkatnya kebutuhan sumber daya ini
terutama lahan dan air. Dengan berkembangnya teknologi dan ekonomi, kebutuhan
akan sumber daya lain juga meningkat, yaitu bahan bakar dan bahan mentah untuk
industri. Dengan makin meningkatnya kebutuhan sumber daya itu, terjadilah
penyusutan sumber daya. Penyusutan sumber daya berkaitan erat dengan
pencemaran. Makin besar pencemaran sumber daya, laju penyusunan makin besar dan
pada umumnya makin besar pula pencemaran.
Tingkat laju pertumbuhan Indonesia dalam beberapa tahun ke depan bukan
mustahil akan menyalip Amerika Serikat. Jumlah penduduk Indonesia saat ini
mencapai 227 juta jiwa, sedangkan penduduk AS berjumlah 315 juta jiwa. Dari
hasil survei, pertumbuhan penduduk Indonesia per tahun bertambah 3,2 juta jiwa.
Secara kuantitas jumlah ini sama dengan jumlah seluruh penduduk
Singapura. Kepala BKKBN Sugiri Syarief menunjukkan bahwa program KB ternyata
mengalami stagnasi dengan angka rata-rata seorang wanita mempunyai anak selama
masa subur secara nasional pada 2007 tetap berada di angka 2,6 dibanding 2003.
Jumlah penduduk Indonesia saat ini menduduki nomor empat terbanyak di dunia
setelah China dengan 1,3 miliar jiwa, India dengan 1,2 miliar, dan AS nomor ketiga
dengan 315 juta. (Republika, 2 Juni 2009).
Bergesernya pola hidup masyarakat dan tingginya tuntutan hidup modern
yang makin sulit dikejar menyebabkan terjadinya banyak stressor atau penyebab
stress yang menyerang masyarakat metropolis. Tidak mengherankan bila gangguan
kejiwaan pun menjadi salahsatu penyakit tren masyarakat kota dewasa ini.
Indikatornya, jelas terlihat dari banyaknya pasien non psikosa (bukan kejiwaan)
yang dirawat instalasi Ilmu Kedokteran Jiwa berbagai RSU.
Sebelum berakibat lebih parah, selayaknya kita bercermin pada berbagai
kejadian khusus yang cenderung muncul di perkotaan. Jakarta, Surabaya, Medan
dan kota besar lainnya tidak hanya tampak indah dengan gedung-gedung pencakar
langit dengan arsitektur modern dan deretan mobil mewah yang berseliweran.
Kota-kota ini tidak hanya gagah karena gemerlapnya lampu-lampu kota yang
menghidupkan suasana malam. Namun, di balik gemerlap semua itu, kota ini juga
mempunyai berbagai masalah pelik sebagai kota besar yang notabene menjadi
sasaran kaum urban sebagaimana dialami kota-kota besar lain di berbagai belahan
dunia.
Akumulasi berbagai masalah klasik akibat peningkatan jumlah penduduk kota
yang cepat makin dirasakan dampaknya, mulai dari kemiskinan, pencemaran,
pengangguran, hingga kriminalitas dan sebagainya. Diperburuk lagi, kini banyak
problema lingkungan hidup kota sehingga pelestarian lingkungan makin berkurang
dan perencanaan kota jadi tidak sesuai dengan kenyataan akibat pengaturan
Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) baik kota maupun propinsi yang sering
tidak sinkron. Buntut dari rangkaian masalah itu tidak lain adalah tingkat daya
dukung kota terhadap kehidupan warga yang makin rendah.
Secara umum, pertumbuhan penduduk kota-kota di dunia cenderung mengalami
lonjakan yang sangat fenomenal, sementara pada saat yang sama, kualitas
lingkungan cenderung menurun. Lebih dari setengah jumlah penduduk di dunia
sekarang ini tinggal di perkotaan. Masalah-masalah perkotaan, seperti kepadatan
lalu lintas, pencemaran udara, perumahan dan pelayanan masyarakat yang kurang
layak, kriminal, kekerasan dan penggunaan obat-obat terlarang menjadi masalah
yang harus dihadapi masyarakat perkotaan. Sangat wajar, apabila kecenderungan
tersebut terus-menerus tidak ditangani maksimal, ibarat bola salju yang makin lama
makin membesar, dan akhirnya memicu runtuhnya kekuatan psikologis masyarakat.
Jika penduduk Surabaya tahun 2010 diasumsikan berjumlah 5 juta jiwa,
berarti setiap jiwa hanya disuplai oleh lingkungan alam lebih kurang seluas 650
meter persegi, padahal dalam suplai udara bersih, tidak ada ruang lagi untuk
mendapatkannya. Penyebabnya adalah jumlah penggunaan kendaraan bermotor yang
makin meningkat sehingga akan menghasilkan gas polutan bahan-bahan insektisida.
Masalah polusi udara di dalam ruangan adalah yang paling kerap kita hadapi
sehari-hari. Menurut laporan EPA (Environmental Protection Agency) 26.000 jiwa
meninggal dalam setiap tahunnya yang diakibatkan dari polusi udara dalam
ruangan. Sementara menurut laporan WHO sebanyak 12,5 juta jiwa mengalami gangguan
kesehatan akibat polusi udara tersebut.
Dapat kita lihat tabel pertumbuhan dan jumlah penduduk di indonesia dari tahun ke tahun :
dalam tabel tersebut dapat dilihat bahwa pertumbuhan penduduk indonesia tahun ke tahun semakin banyak jumlah penduduk yang berada di indonesia. Yang berarti banyaknya tenaga kerja yang penganguran dikarenakan terlalu banyaknya jumlah penduduk tersebut, yan dapat meningkatkan jumlah kemiskinan lebih banyak dari tahun ke tahun.
2.3 Pertumbuhan Penduduk dan Tingkat
Pendidikan
Suatu wilayah dengan pertambahan penduduk yang pesat dapat menyebabkan
masalah- masalah pendidikan, pengangguran, kesenjangan sosial dan
masalah-masalah lainnya. Dengan jumlah penduduk yang besar maka fasilitas-fasilitas
sosial, pendidikan dan pekerjaan juga ikut meningkat. Jika penduduk di suatu
kota yang padat tidak terpenuhi fasilitas pendidikannya maka akan menyebabkan
penurunan tingkat pendidikan wilayah tersebut. Tingkat pendidikan yang rendah
dapat menyebabkan pengangguran sehingga dampak pada tingkat perekonomian juga
memburuk. Jika masalah ini terus diabaikan maka kemerosotan negara tidak dapat
dihindari. Tingkat pendidikan yang buruk dapat menyebabkan anak-anak mengalami
depresi. Hal ini memicu terjadinya pekerjaan-pekerjaan yang tidak layak
dilakukan oleh anak-anak di bawah umur. Bahkan dampak lain dari masalah ini
bisa menyebabkan tingkat tindakan kriminal yang dilakukan anak-anak meningkat.
Generasi muda dan anak-anak yang cerdas adalah kunci kemajuan suatu negara.
Jika masa kanak-kanak mereka diisi dengan hal-hal negatif maka jalan menuju
kesuksesan bangsa akan semakin jauh. Penduduk merupakan pelaku pembangunan.
Maka kualitas penduduk yang tinggi akan lebih menunjang laju pembangunan
ekonomi. Usaha yang dapat dilakukan adalah meningkatkan kualitas penduduk
melalui fasilitas pendidikan, perluasan lapangan pekerjaan dan penundaan usia
kawin pertama. Di negara-negara yang anggaran pendidikannya rendah, biasanya
menunjukkan angka kelahiran yang tinggi. Tidak hanya persediaan dana yang
kurang, tetapi komposisi usia secara piramida pada penduduk yang berkembang
dengan cepat juga berakibat bahwa rasio antara guru yang terlatih dan jumlah
anak usia sekolah akan terus berkurang.
Negara Indonesia
merupakan negara yang sedang berkembang sehingga untuk melaksanakan pembangunan
dalam segala bidang belum dapat berjalan dengan cepat, karena kekurangan modal
maupun tenaga tenaga ahli/ terdidik, Akibatnya fasilitas secara kualitatif
dalam bidang pendidikan masih terbatas. Pertambahan penduduk yang cepat, lepas
daripada pengaruhnya terhadap kualitas dan kuantitas pendidikan, cenderung
untuk menghambat perimbangan pendidikan. Kekurangan fasilitas pendidikan
menghambat program persamaan atau perimbangan antara pedesaan dan kota, dan
antara bagian masyarakat yang kaya dan miskin. Oleh karena itu, masyarakat
dalam mencapai pendidikan yang tinggi masih sedikit sekali. Hal ini disebabkan
karena :
a. Tingkat kesadaran masyarakat untuk bersekolah rendah.
b. Besarnya anak usia sekolah yang tidak seimbang
dengan penyediaan sarana pendidikan.
c. Pendapatan perkapita penduduk di Indonesia rendah
sehingga belum dapat memenuhi Kebutuhan hidup primer, dan untuk biaya sekolah.
Dampak yang ditimbulkan dari rendahnya tingkat pendidikan terhadap
pembangunan adalah:
1. Rendahnya penguasaan teknologi maju, sehingga harus
mendatangkan tenaga ahli dari negara maju. Keadaan ini sungguh ironis, di mana
keadaan jumlah penduduk Indonesia besar, tetapi tidak mampu mencukupi kebutuhan
tenaga ahli yang sangat diperlukan dalam pembangunan.
2. Rendahnya tingkat pendidikan mengakibatkan sulitnya
masyarakat menerima hal-hal yang baru. Hal ini nampak dengan ketidak mampuan
masyarakat merawat hasil pembangunan secara benar, sehingga banyak fasilitas
umum yang rusak karena ketidakmampuan masyarakat memperlakukan secara tepat.
Kenyataan seperti ini apabila terus dibiarkan akan menghambat jalannya
pembangunan.
Pengaruh daripada dinamika penduduk terhadap
pendidikan juga dirasakan pada keluarga. Penelitian yang dilakukan pada
beberapa negara dengan latar belakang budaya yang berlainan menunjukkan bahwa
jika digabungkan dengan kemiskinan, keluarga dengan jumlah anak banyak dan
jarak kehamilan yang dekat, menghambat perkembangan berfikir anak-anak,
berbicara dan kemauannya, di samping kesehatan dan perkembangan fisiknya.
Kesulitan orang tua dalam membiayai anak-anak yang banyak, lebih mempersulit
masalah ini. Helen Callaway, seorang ahli antropologi Amerika yang mempelajari
masyarakat buta huruf, menyimpulkan bahwa perkembangan ekonomi dan perluasan
pendidikan dasar telah memperluas jurang pemisah antara pria dan wanita. Hampir
di mana – mana pria diberikan prioritas untuk pendidikan umum dan latihan –
latihan teknis. Mereka adalah orang – orang yang mampu menghadapi tantangan –
tantangan dalam dunia. Sebaliknya pengetahuan dunia di tekan secara tajam pada
tingkat yang terbawah.
Pengaruh daripada dinamika penduduk terhadap pendidikan juga dirasakan pada
keluarga. Penelitian yang dilakukan pada beberapa negara dengan latar belakang
budaya yang berlainan menunjukkan bahwa jika digabungkan dengan kemiskinan,
keluarga dengan jumlah anak banyak dan jarak kehamilan yang dekat, menghambat
perkembangan berfikir anak – anak, berbicara dan kemauannya, di samping
kesehatan dan perkembangan fisiknya. Kesulitan orang tua dalam membiayai anak –
anak yang banyak, lebih mempersulit masalah ini padahal tingkat pendidikan
sangat siperlukan sebagai alat menyampaikan informasi kepada manusia tentang
perlunya perubahan dan untuk merangsang penerimaan gagasan – gagasan baru.
2.4 Pertumbuhan Penduduk dan Penyakit
yang Berkaitan dengan Lingkungan Hidup
Kemampuan manusia untuk mengubah atau memoditifikasi kualitas
lingkungannya tergantung sekali pada taraf sosial budayanya. Masyarakat yang
masih primitif hanya mampu membuka hutan secukupnya untuk memberi perlindungan
pada masyarakat. Sebaliknya, masyarakat yang sudah maju sosial budayanya dapat
mengubah lingkungan hidup sampai taraf yang irreversible. Perilaku masyarakat
ini menentukan gaya hidup tersendiri yang akan menciptakan lingkungan yang
sesuai dengan yang diinginkannya mengakibatkan timbulnya penyakit juga sesuai
dengan prilakunya tadi. Dengan demikian eratlah hubungan antara kesehatan
dengan sumber daya social ekonomi. WHO menyatakan “Kesehatan adalah suatu
keadaan sehat yang utuh secara fisik, mental dan sosial serta bukan hanya
merupakan bebas dari penyakit”.Dalam Undang Undang No. 9 Tahun 1960 tentang
Pokok-Pokok Kesehatan. Dalam Bab 1,Pasal 2 dinyatakan bahwa “Kesehatan adalah
meliputi kesehatan badan (somatik),rohani (jiwa) dan sosial dan bukan hanya
deadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan”. Definisi ini memberi
arti yang sangat luas pada kata kesehatan.
Keadaan kesehatan lingkungan di Indonesia masih merupakan hal yang perlu
mendapaat perhatian, karena menyebabkan status kesehatan masyarakat berubah
seperti: Peledakan penduduk, penyediaan air bersih, pengolalaan
sampah,pembuangan air limbah penggunaan pestisida, masalah gizi, masalah
pemukiman, pelayanan kesehatan, ketersediaan obat, populasi udara, abrasi
pantai,penggundulan hutan dan banyak lagi permasalahan yang dapat menimbulkan
satu model penyakit. Jumlah penduduk yang sangat besar 19.000 juta harus
benar-benar ditangani masalah.pemukiman sangat penting diperhatikan. Pada saat
ini pembangunan di sektor perumahan sangat berkembang, karena kebutuhan yang
utama bagi masyarakat. Perumahan juga harus memenuhi syarat bagi kesehatan baik
ditinjau dari segi bangungan, drainase, pengadaan air bersih, pentagonal sampah
domestik uang dapat menimbulkan penyakit infeksi dan ventilasi untuk
pembangunan asap dapur.
Indonesia saat ini mengalami transisi dapat terlihat dari perombakan
struktur ekonomi menuju ekonomi industri, pertambahan jumlah penduduk,
urbanisasi yang meningkatkan jumlahnya, maka berubahlah beberapa indikator
kesehatan seperti penurunan angka kematian ibu, meningkatnya angka harapan
hidup ( 63 tahun ) dan status gizi. Jumlah penduduk terus bertambah, cara
bercocok tanam tradisional tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan hidup
masyarakat. Pertumbuhan Penduduk yang tidak merata tersebut sangat berpengaruh
dengan lingkungan, penduduk yang tinggal dipemukiman yang sembarangan akan
mengakibatkan lingkungan yang tidak bersih. Lingkungan yang tidak dijaga akan
mengakibatkan penyakit yang dapat mengacam kesehatan manusia, misalnya penyakit
yang diakibatkan oleh lingkungan adalah Malaria, Muntaber, Penyakit Kulit,
Tifus, dll. Seperti banjir, polusi air, dan polusi udara adalah faktor yang
mengakibatkan terjadinya penyakit, jika lama kelamaan manusia tidak
memperhatikan lingkunganya maka sangat besar peluang penyakit menyebar, dalam
hal ini kesadaran manusia sangat dibutuhkan, kita diharapkan perlu adanya
sosialisasi kepada penduduk tentang pemukiman yang sehat dan adanya jaminan
kesehatan bagi masyarakat luas dari pemerintah dan pemerintah haruslah
meningkatkan pendidikan kesehatan bagi masyarakat, dan yang paling penting
diperhatikan pemeintah adalah pelayanan kesehatan masyarakat yaitu dengan
menciptakan klinik disetiap pemukiman penduduk.
2.5 Pertumbuhan Penduduk Dan Kelaparan
Masalah kemiskinan, kelaparan dan kekurangan gizi menjadi masalah
kompleks dan saling terkait. Diperlukan upaya jangka pendek dalam memenuhi
kebutuhan pangan yang sinergis dengan upaya jangka panjang sehingga mampu
memberdayakan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pangannya sendiri.
Hal itu disampaikan Menkes, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH. Dr. PH, saat membuka peringatan End Hunger Walk the World 2010, di Jakarta, tanggal (06/06, 2010), yang diikuti sekitar 12.000 peserta. Hadir dalam acara, Menteri Pertanian, Ir. H. Suswono, MMA, dan dimeriahkan juga oleh para artis dan sponsor, antara lain TNT, Unilever, dan Bank BNI.
Hal itu disampaikan Menkes, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH. Dr. PH, saat membuka peringatan End Hunger Walk the World 2010, di Jakarta, tanggal (06/06, 2010), yang diikuti sekitar 12.000 peserta. Hadir dalam acara, Menteri Pertanian, Ir. H. Suswono, MMA, dan dimeriahkan juga oleh para artis dan sponsor, antara lain TNT, Unilever, dan Bank BNI.
Selanjutnya dikatakan Menkes, dalam pencapaian pembangunan MDGs terkait
upaya peningkatan kelangsungan hidup anak di masa mendatang, pada tahun 2015
setiap negara harus berupaya terus untuk menurunkan separuh jumlah penduduk
miskin dan kelaparan. Menurut laporan Food and Agriculture Organization (FAO),
terdapat sekitar 907 juta penduduk di negara berkembang mengalami kekurangan
pangan.
Diperkirakan 10.9 juta anak balita meninggal setiap tahun yang disebabkan
oleh kekurangan gizi mencapai 60%. Saat ini terdapat sekitar 18% anak balita
(3.2 juta) menderita kekurangan gizi yang tersebar di seluruh wilayah di
Indonesia.
Dalam menanggulangi masalah gizi, Pemerintah terus berupaya melalui
berbagai program, seperti penimbangan yang dilaksanakan di Posyandu dan Rumah
Pemulihan Gizi. Gunanya untuk mendeteksi adanya bayi dan anak balita dengan
gizi kurang sehingga bisa cepat dilakukan penanganan, baik di Puskesmas maupun
di rumah sakit, kata Menkes.
Program Walk the World 2010 diselenggarakan setiap tahun, serentak di
seluruh penjuru dunia. Kegiatan ini terlaksana dalam bentuk gerak jalan sejauh
5 km guna menggalang dan meningkatkan kepedulian masyarakat dalam program World
Food Programme (WFP). Program ini diharapkan dapat membantu masyarakat,
khususnya masyarakat miskin yang masih mengalami kekurangan pangan, terutama
pada kelompok anak balita dan anak sekolah agar mendapatkan asupan gizi
seimbang untuk menjamin tumbuh kembang yang optimal serta hidup sehat
2.6 Kemiskinan Dan Keterbelakangan
Pertumbuhan penduduk yang semakin cepat, mendorong pertumbuhan
aspek-aspek kehidupan yang meliputi aspek sosial, ekonomi, politik, kebudayaan
hingga pendidikan. Denga adanya pertumbuhan aspek-aspek kehidupan tersebut,
maka bertambahlah sistem mata pencaharian hidup dari homogen menjadi kompleks.
Berbeda dengan makhluk lain, manusia mempunyai kelebihan dalam
kehidupannya. Mansia dapat memanfaatkan dang mengembangkan akal budinya.Akibat
dari perkembangan kebudayaan ini, telah mengubah cara berfikir manusia dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sehubungan dengan hal tersebut dalam pokok bahsan ini, akan ditelaah
mengenai pertumbuuhan penduduk, perkembangan kebudayaan dan timbulnya
pranata-pranata sebagai akibat perkembangan kebudayaan.
Pertumbuhan penduduk merupakan salah satu faktor yang penting dalam
masalah sosial ekonomi umumnya dan maalah penduduk khususnya. Karena disamping
berpengaruh terhadap jumlah dan komposisi penduduk juga akan berpengaruh
terhadap kondisi sosial ekonomi suatu daerah atau negara bahkan dunia. Misal:
dengan bertambahnya penduduk berarti pula harus bertambah pula persediaan bahan
makanan, perumahan, kesempatan kerja, jumlah gedung sekolah dan sebagainya.
Disamping itu apabila pertambahan penduduk tidak dapat diimbangi dengan
pertambahan fasilitas di atas akan menimbulkan masalah-masalah. Misalnya akan
bertambah tingginya angka pengangguran, semakin meningkatnya tingkat
kemiskinan, banyak anak usia sekolah yang tidak tertampung sehingga timbulnya
berbagai kejahatan atau kriminalitas lain.
Salah satu wabah penyakit yang melanda negara-negara yang sedang
berkembang ialah kemiskinan beserta saudara kembarnya, yaitu keterbelakangan.
Kemiskinan dan keterbelakangan adalah suatu penyakit, karena dalam kenyataannya
dua hal itu melemahkan fisik dan mental manusia yang tentunya juga berdampak
negative terhadap lingkungan.
Kemiskinan dan keterbelakangan begitu erat kaitannya satu sama lain
sehingga dapat dianggap sebagai satu pengertian, maka digunakan satu istilah
saja, yaitu kemiskinan di mana sudah terkait pengertian keterbelakangan.
Dampak kemiskinan terhadap orang-orang miskin sendiri dan terhadap
lingkungannya, baik lingkungan social maupun lingkungan alam, dengan sendirinya
sudah jelas negative. Orang miskin tidak mampu memenuhi kebutuhan gizi minimal
bagi dirinya sendiri maupun bagi keluarganya. Dampak kemiskinan terhadap
lingkungan social tampakmengalirnya penduduk ke kota-kota tanpa bekal
pengetahuan apalagi bekal materi. Akibatnya antara lain ialah banyaknya tukang
becak, pemungut punting, gelandangan, pengemis, dan sebagainnya yang menghuni
kampung-kampung liar dan jorok di gubuk-gubuk reot yang tidak pantas didiami
manusia.
Sebab-sebab kemiskinan yang pokok bersumber dari empat hal, yaitu
mentalitas si miskin itu sendiri, minimnya ketrampilan yang dimilikinya,
ketidakmampuannya untuk memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang disediakan, dan
peningkatan jumlah penduduk yang relatif berlebihan.
Kemiskinan dan keterbelakangan merupakan masalah global. Sebagian orang
memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya
melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya
dari sudut ilmiah yang telah mapan,dll.
Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:
a. Gambaran kekurangan materi, yang biasanya
mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan
kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipsdfgeggahami sebagai situasi kelangkaan
barang-barang dan pelayanan dasar.
b. Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk
keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi
dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan
sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup
masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
c. Gambaran tentang kurangnya penghasilan
dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat
berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh duni
Kartasasmita
mengatakan bahwa kemiskinan merupakan masalah dalam pembangunan yang ditandai
dengan pengangguran dan keterbelakangan, yang kemudian meningkat menjadi
ketimpangan. Masyarakat miskin pada umumnya lemah dalam kemampuan berusaha dan
terbatas aksesnya kepada kegiatan ekonomi sehingga tertinggal jauh dari
masyarakat lainnya yang mempunyai potensi lebih tinggi. Hal tersebut senada
dengan yang dikatakan Friedmann yang mengatakan bahwa kemiskinan sebagai akibat
dari ketidak-samaan kesempatan untuk mengakumulasi basis kekuatan sosial. Namun
menurut Brendley, kemiskinan adalah ketidaksanggupan untuk mendapatkan
barang-barang dan pelayanan-pelayanan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan
sosial yang terbatas. Hal ini diperkuat oleh Salim yang mengatakan bahwa
kemiskinan biasanya dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memperoleh
kebutuhan hidup yang pokok. Sedangkan Lavitan mendefinisikan kemiskinan sebagai
kekurangan barang-barang dan pelayanan yang dibutuhkan untuk mencapai suatu
standar hidup yang layak.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Pertumbuhan penduduk
mempengaruhi pada perkembangan sosial dalam masyarakat. Perkembangan sosial
seperti seperti kurangnya pangan, rendahnya pendidikan masyarakat dll. Cara
mengatasi pembludakan pertumbuhan penduduk tersebut adalah dengan Membuat
Undang-Undang yang jelas tentang umur minimum pernikahan, Program KB (keluarga
berencana) dan sosialisasi pada masyarakat.
Pertumbuhan penduduk sebuah
desa di pinggiran kota yang menyebabkan banyaknyak urban masuk pada desa yang
telah menimbulkan berbagai persoalan di kawasan itu. Berbagai persoalan yang
muncul antara lain, tata ruang desa kota yang tidak beraturan, kondisi
lingkungan yang merosot, ketahanan pangan yang terancam, konflik sosial yang
cenderung meluas dan dipertahankan oleh ekslufisitas kelompok di dalam
komunitas itu dan ancaman tidak adanya mekanisme penyelesaian konflik yang
baik.
Hal tersebut yang
mengakibatkan berbagai persoalan muncul dan cenderung tidak terkendali atas
terbentuknya suatu kawasan desa-kota yang tidak terencana dengan baik. Sebagai
konsekwensi dari meluasnya wilayah-wilayah perkotaan adalah berkembangnya
desa-desa di daerah pinggiran kota menjadi kawasan desa-kota. Fenomena ini
hampir terjadi di berbagai kota di Indonesia dan hingga saat ini tidak ada
suatu sistem perencanaan yang terpadu untuk mengatasi persoalan
itu.
3.2
Saran
Untuk mengatasi Pertumbuhan
penduduk perlu adanya suatu perencanaan kawasan desa-kota yang menggunakan
pendekatan kolaborasi yang memperhatikan kepentingan antar pihak baik
kepentingan kota maupun desa. Di duga, persoalan perencanaan tata ruang
perkotaan selama ini terus-menerus terjadi dan berulang karena bersifat top
down atau mengabaikan aspek partisipasi warga desa dan warga kota. Artinya,
perencanaan suatu wilayah selama ini bersifat sebagai “bahan jadi”
yang harus dilaksanakan oleh para pemangku yang terkait termasuk penduduk
setempat. Padahal suatu perencanaan wilayah tidak akan berjalan dengan baik
jika tidak ada mekanisme pendukungnya.
Pengelolahan bersama
diantara perencanaan wilayah yaitu : pemerintaha daerah yang terkait, para
pengembang, DPRD sebagai wakil aspirasi politik masyarakat dan
pemangku-pemangku yang terkait beserta kelompok-kelompok masyarakat semestinya
dilibatkan secara bersama-sama dalam merencanakan dan menjalankan suatu wilayah
pembangunan perkotaan yang berkelanjutan. Mekanisme kolaborasi ini perlu
dilembagakan, seprti dalam suatu forum perkotaan (urban forum), untuk
memperkuat pemerintah daerah dalam merencanakan perluasan kota.
http://rifaiachma.blogspot.co.id/2016/04/makalah-pertumbuhan-penduduk.html
http://gpratomo7.blogspot.co.id/2015/11/makalah-perkembangan-penduduk-indonesia.html
http://adiseptiyawan.blogspot.co.id/2015/11/makalah-perkembangan-penduduk-indonesia.html
https://tieraalta.wordpress.com/2013/05/24/laju-pertumbuhan-penduduk/
Komentar
Posting Komentar